Beberapa hari yang lalu, ada seorang kawan yang mengalami kecelakaan. Ketika dibawa ke rumah sakit, diagnosa dokter menyatakan bahwa dia hanya mengalami retak pada tulang rusuknya. Saat aku datang menjenguknya, senyumnya langsung menyambutku di balik selang-selang infus dan selang pernafasannya. Dia berada di ranjang yang terletak di tengah-tengah ruangan. Saat itu teman-teman yang lain menunggu giliran karena peraturan ruangan itu hanya memperbolehkan seorang pembesuk saja. Rupanya ruangan itu digunakan untuk pasien-pasien yang mengalami kecelakaan akut. Ada pasien yng berada di seberang ranjang temanku dalam keadaan tangan di-gips. Ada juga yang menggunakan kantung udara di wajahnya sebagai alat bantu pernafasan.
Dalam pembaringannya ia menanyakan bagaimana kabar teman-teman. Kujawab baik. Kutanyakan bagaimana perasaannya, bagian mana yang terasa sakit, dan sebagainya. Kulihat ada selang dengan cairan berwarna kuning kecoklatan bening menyembul dari balik selimutnya. Sepertinya itu selang yang dimasukkan ke dalam kemaluan untuk mengeluarkan urinnya. Saat kutanyakan hal itu ia menjawab iya. Ada tabung infus yang berujung di lengan kanannya dengan jarum tertancap. Tiba-tiba dari dalam selang yang menancap di lubang hidung kanan mengeluarkan cairan kecoklatan yang langsung masuk ke dalam kantong plastik yang tergantung di samping ranjang. Raut yang terukir di wajahnya saat itu jelas menunjukkan rasa sakit yang tak bisa kubayangkan. Aku langsung tertegun. Bukan karena iba atau kasihan. Tapi teringat pada sebuah kenyataan yang tak bisa kuelakkan: aku berada di tengah-tengah orang sakit, sekarat, dan aku merupakan satu-satunya orang sehat diantara mereka. Dan timbullah pertanyaan yang jelas-jelas menohokku: apa yang sudah kuperbuat dengan kesehatanku ini? Apa yang telah mampu kuberikan pada orang lain?
Sapaan darinya menarikku dari alam maya ku ke dalam kesadaran. Setelah berbincang-bincang sebentar, aku pun minta pamit dan membiarkannya istirahat. Aku hanya sebentar di sana. Tak lebih dari 10 menit. Masih lebih lama dari teman-temanku yang lain yang menjenguk dan berjaga disana. Namun bayangan tadi tak bisa hilang dari benakku hingga ada sebuah SMS pada beberapa hari berikutnya yang membawa pesan bahwa dia telah berpulang ke Rahmatullah. Rasanya seperti masih kemarin ketika kami bercanda bersama. Dan sekarang salah satu teman telah mendahului ke alam nan kekal di sana. Hanya satu yang terlintas di benakku ketika mendengar kabar itu: Kapan gilirangku?
Telah diposkan
pukul 15.20
Label
Coretan 'tak Bertuah
. You can follow any responses to this entry through the
comments feed
.
Pengumuman
Bagi pengunjung Kertas Corat-Coret yang mencari kumpulan naskah drama dan monolog bisa langsung ke Bank Naskah FS. Koleksi naskah drama dan monolog lebih banyak.